Home > Renungan, Tasawuf > Nikmat Ilahi Yang Terlupakan

Nikmat Ilahi Yang Terlupakan


Nikmat Ilahi.

Bismillahirrahmaanirrahim,

Berbicara tentang Syukur, maka terlebih dahulu harus diuraikan tentang makna Nikmat. Karena antara nikmat dan syukur memiliki arti yang berkaitan. Timbulnya Syukur karena ada sesuatu yang disyukuri. Dan sesuatu yang disyukuri tersebut adalah  nikmat Ilahi yang telah kita rasakan manfaatnya.

Dalam Kitab Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali menyimpulkan tentang nikmat ini dimana menurut Beliau, setiap kebaikan, kenikmatan, kebahagiaan bahkan setiap keinginan yang terpenuhi termasuk ruang lingkup dari sebuah nikmat. Begitupun kenikmatan yang akan dirasakan oleh orang-orang beriman nanti diakhirat berupa Kebahagiaan Akhirat.

Pada hakikatnya nikmat adalah suatu totalitas. Namun karena terpengaruh oleh sifat manusia sehingga nikmat itu  terbagi menjadi dua :

  • Nikmat yang bersifat Fitri ( asasi ), yakni nikmat yang dibawa manusia sejak lahir kedunia.
  • Nikmat yang mendatang ( menyusul ), yang diterima dan yang dapat dirasakan setiap waktu.

Nikmat dari Allah yang diberikan epada manusia ketika lahir ( nikmat fitri ) dilukiskan dalam Al-Qur-an :

وَاللّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئاً وَجَعَلَ لَكُمُ الْسَّمْعَ

وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu sekalian pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu sekalian bersyukur. ( An-Nahl : 78 )

Ketika seorang bayi dilahirkan dari rahim ibunya adalah telanjang bulat. Tanpa  melekat sehelai benangpun ditubuhnya. Sehingga  Allah membekalinya dengan alat-alat perlengkapan yang diperlukan untuk perjuangan hidupnya, seperti yang telah disebutkan dalam ayat di atas.

Betapa besar dan banyak nikmat dan anugrahNya yang diberikan kepada kita.  Jika kita merenungkan sejenak atas nikmat yang dianugrahkan Allah swt yang melekat ditubuh kita, mulai dari tangan, kaki, mulut, mata, telinga, hidung, dan sebagainya.  Semua perlengkapan tubuh ini selalu bergerak secara otomatis sesuai dengan fungsi dan kegunaannya. Cobalah  perlihatkan mata kita pada sesuatu,  lalu tangan kita mengambil sesuatu yang dapat dimakan oleh mulut kita,  kemudian  apa yang dirasakan lidah?, disaat yang bersamaan akalpun dapat menunaikan tugasnya memikirkan dan merekam segala apa yang telah kita pegang, lihat, dan rasakan oleh mulut. disaat yang bersamaan pula telinga kita masih tetap bisa mendengar, dan hidung masih bisa mencium, dan sebagainya.

Alangkah hebat dan mahalnya instrumen yang dipasang di tubuh kita ini. Tak ada alat yang mampu diciptakan seorang manusia super pun mampu menandingi alat-alat yang diciptakan Allah swt berupa organ tubuh yang sekarang melekat sempurna pada tubuh kita.  Namun demikian, sungguh banyak diantara kita yang melupakan nikmat-nikmat itu.

Seandainya organ tubuh itu kita beli dirumah sakit, maka berapa juta dollar uang yang harus dikeluarkan untuk itu.

Seandainya Allah menyuruh membeli, maka dengan apa kita menebusnya?.

Maka sudah sepatutnya kita berterima kasih dan selalu mengucapkan puji dan syukur serta patuh ke Hadirat Allah yang Maha Rahman dan Rahim , karena Allah swt tidak akan menuntut agar kita membeli atau menyewa organ-organ tubuh sekarang melekat pada tubuh ini.  Sekalipun manusia tidak mensyukurinya, Allah swt tidak rugi, karena Allah swt tidak membutuhkan amal-amal makhlukNya, tidak bergantung kepda manusia. Justru sebaliknya, jika kita tak tahu diri dan tidak mensyukuri segala NikmatNya yang begitu besar, tentu kita sendiri yang rugi dan celaka.

Sesungguhnya nilai syukur itu bukan untuk kepentingan Allah swt, Allah swt memerintahkan hamba-hambanya agar senantiasa mensyukuri nikmatNya tiada lain adalah untuk kepentingan hamba-hambaNya sendiri. Sesempurna apapun angota dan organ tubuh ini, tetap Allah Ciptakan kekurangan didalamnya, dan hanya dengan bersyukur semua kekurangan itu dapat tidak dirasakan oleh kita, lewat suatu do’a yang dipanjatkan kepadaNya dengan penuh rasa kekurangan dan merendahkan diri.

مَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

Barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan abrangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia. ( An-Naml : 40 ).

فَلْيَنظُرِ الْإِنسَانُ مِمَّ خُلِقَ

Maka hendaklah manusia itu memperhatikan dari apa ia dijadikan ( At-Thariq : 5 ).


  1. No comments yet.
  1. No trackbacks yet.

Leave a comment