Archive

Posts Tagged ‘artikel Islam’

Arti dunia menurut Rasulullah SAW II


Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda; “Seandainya Bani Adam memiliki sebuah lembah yang penuh berisi emas, dia akan senang untuk memiliki lembah yang serupa. Tak ada yang memenuhi mata Bani Adam kecuali tanah.” (HR. Bukhari & Muslim)

Di riwayatkan dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda; “Seandainya Bani Adam memiliki dua lembah yang penuh berisi harta, maka dia masih akan mencari lembah yang ketiga. Tak ada yang dapat memenuhi perut Bani Adam kecuali tanah. Tapi Allah memberi ampunan bagi siapa saja yang mau bertobat.” (HR. Bukhari & Muslim)

Diriwayatkan dari Ibnu Amru r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda; “Dunia ini manis dan berwarna hijau. Barang siapa yang mengambilnya sesuai dengan hak yang dimiliki, maka dia diberkahi. Celakalah orang yang menceburkan diri dan menghiasi dirinya dengan nafsu. Tak ada yang ia dapatkan pada Hari Kiamat kelak kecuali neraka.” (HR. Thabrani)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah bersabda; “Aku melihat surga, dan kudapati ternyata sebagian besar penghuninya adalah orang-orang fakir. Kemudian aku melihat neraka ternyata, dan kudapati ternyata sebagian besar penghuninya adalah wanita.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad dengan sanad Jayyid, dari Abdullah bin Amru dengan lafal; “Aku melihat neraka, dan kudapati para penghuninya kebanyakan adalah orang-orang kaya dan wanita.”)

Diriwayatkan dari Abu Darda’ r.a. bahwa Nabi saw. bersabda; “Tidak pernah matahari terbit, kecuali pada kedua sisinya diutus dua malaikat. Keduanya mendengarkan penduduk bumi, lalu berkata,`Wahai manusia, mintalah kepada Tuhanmu. Sesungguhnya harta yang sedikit namun mencukupi dari pada harta melimpah yang dapat membinasakan.’ Dan tak pernah matahari tenggelam, kecuali diutus dua malaikat pada kedua sisinya, lalu berdo’a`Ya Allah, berikanlah balasan secepatnya kepada orang yang menginfakkan hartanya, dan berikanlah azab secepatnya kepada orang yang kikir.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Al-Hakim dengan lafalnya dari sanad yang sahih)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. membaca ayat “barang siapa yang menginginkan kebun akhirat” (QS. Asy-Syura; 20) kemudian beliau bersabda; “Allah berfirman, `Wahai Bani Adam, habiskanlah waktumu semata-mata untuk beribadah kepada-Ku, Niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan, dan Aku cukupi kefakiranmu. Tapi jika engkau tidak melaksanakannya, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak akan mencukupi kefakiranmu.`” (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi, Ibnu Hibban dengan sedikit peringkasan; “Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan” juga Al-Hakim dan Baihaqi)

Diriwayatkan dari Tsaubani r.a. ia berkata, “ketika turun ayat `Dan yang memiliki emas dan perak` (QS. at-Taubah 38) kami sedang bersama Rasulullah dalam sebuah perjalanan. Salah satu sahabat berkata, `Ayat itu turun pada emas dan perak, seandainya kami mengetahui harta apa yang paling baik, niscaya kami akan(memilih untuk) memilikinya?` Maka beliau bersabda; “Harta yang paling baik adalah lidah yang senantiasa berdzikir, hati yang selalu bersyukur dan istri yang beriman yang menjaga keimanannya (suaminya-pen.).” (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi)

Sumber: Abu Shony

Arti Dunia Menurut Rasulullah SAW I


Diriwayatkan dari Zaid bin tsabit r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda; “barang siapa yang menginginkan akhirat, maka Allah akan mengumpulkan segenap kemampuannya, menciptakan rasa kaya dihatinya, dan memandang dunia dengan penuh kebencian. Dan barang siapa yang menginginkan dunia maka Allah akan mencerai beraikan semua urusannya, memperlihatkan kefakiran di hadapan matanya, dan ia tidak bisa mendapatkan kenikmatan duniawi kecuali sebesar yang Allah gariskan untuknya.” (HR. Ibnu Majah)

Saudaraku, kalau kita mengira bahwa arti kekayaan itu adalah jumlah nominal harta yang banyak, atau sering kita beranggapan bahwa kemiskinan itu hanyalah ditentukan oleh sedikitnya harta yang dimiliki mungkin ada baiknya kita merenung kembali. Sebab menurut Hadist diatas, kekayaan dan kemiskinan itu adalah hak prerogatif dari Allah yang akan diberikan kepada kita. Sebab sangat sering kita jumpai seseorang yang secara lahiriah dimanja dengan harta dan kemewahan, tapi yang dia rasakan sesungguhnya hanyalah perih pedihnya kehidupan. Dan tidak sedikit kita temui, mereka yang secara lahiriah serba kekurangan, tapi jauh didalam lubuk hati mereka, ada perasaan tentram dan damai. Jadi Allah-lah yang kuasa kepada siapa hakikat kekayaan akan dimasukkan didalam hati. Kurangnya keyakinan kita akan apa yang sudah disabdakan oleh Rasulullah inilah yang sering menyebabkan kerancuan dengan rasio akal manusia. Pun demikian kita juga harus jujur dalam beragama, janganlah kita seolah-olah secara lahiriah adalah orang yang mengejar akhirat semata, namun didalam hati tiada henti kecemasan dan kegundahan untuk terus mencari dan menumpuk harta dunia. Banyaknya harta tapi tanpa Rahmat Allah, yang ada hanyalah adzab belaka. Sedikitnya harta tapi Rahmat Allah tiada henti tercurah, yang didapat adalah nikmat.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bin Sahal bin Sa’ad r.a., ia berkata,”Aku mendengar Ibnu Zubair dalam salah satu khutbahnya dimimbar kota Makkah berkata, `Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi Muhammad saw. bersabda; Seandainya anak Adam diberi satu lembah yang penuh berisi emas, maka dia akan mencari lembah yang kedua. Seandainya dia diberi lembah yang kedua, maka dia masih akan mencari lembah yang ketiga. Tak ada yang mampu menutup perut Bani Adam kecuali tanah. Dan Allah memberikan ampunan kepada siapa saja yang bertobat.” (HR. Bukhori)

Saudaraku, satu indikasi yang disebutkan oleh Rasulullah saw. sangat mengena bila kita semua mau jujur dengan diri ini. Bukanlah maksud agama ini melarang umatnya untuk mencari nafkah, namun yang menjadi point of view-nya disini adalah keserakahan kita dalah mencari dan mengumpulkan harta. Sebatas apa yang kita butuhkan dalam aspek utama dari kehidupan, maka alangkah indahnya bila kita mau membisikkan kata cukup kedalah hati kita sendiri. Sebab akal akan terus mengatakan pada diri kita, bahwasanya kita masih kurang dan akan terus kurang. Hanyalah sekarang tergantung diri ini apakah lebih percaya dan meyakini apa yang dibisikkan oleh hati atau apa yang dikatakan oleh akal. Sedang Hadist diatas adalah sebuah petunjuk yang arif untuk kita memilih. Dan yang pasti belum terlambat untuk kita bertobat kepada Allah SWT. INSYAALLOH.

Nikmat Ilahi Yang Terlupakan


Nikmat Ilahi.

Bismillahirrahmaanirrahim,

Berbicara tentang Syukur, maka terlebih dahulu harus diuraikan tentang makna Nikmat. Karena antara nikmat dan syukur memiliki arti yang berkaitan. Timbulnya Syukur karena ada sesuatu yang disyukuri. Dan sesuatu yang disyukuri tersebut adalah  nikmat Ilahi yang telah kita rasakan manfaatnya.

Dalam Kitab Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali menyimpulkan tentang nikmat ini dimana menurut Beliau, setiap kebaikan, kenikmatan, kebahagiaan bahkan setiap keinginan yang terpenuhi termasuk ruang lingkup dari sebuah nikmat. Begitupun kenikmatan yang akan dirasakan oleh orang-orang beriman nanti diakhirat berupa Kebahagiaan Akhirat.

Pada hakikatnya nikmat adalah suatu totalitas. Namun karena terpengaruh oleh sifat manusia sehingga nikmat itu  terbagi menjadi dua :

  • Nikmat yang bersifat Fitri ( asasi ), yakni nikmat yang dibawa manusia sejak lahir kedunia.
  • Nikmat yang mendatang ( menyusul ), yang diterima dan yang dapat dirasakan setiap waktu.

Nikmat dari Allah yang diberikan epada manusia ketika lahir ( nikmat fitri ) dilukiskan dalam Al-Qur-an :

وَاللّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئاً وَجَعَلَ لَكُمُ الْسَّمْعَ

وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu sekalian pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu sekalian bersyukur. ( An-Nahl : 78 )

Ketika seorang bayi dilahirkan dari rahim ibunya adalah telanjang bulat. Tanpa  melekat sehelai benangpun ditubuhnya. Sehingga  Allah membekalinya dengan alat-alat perlengkapan yang diperlukan untuk perjuangan hidupnya, seperti yang telah disebutkan dalam ayat di atas.

Betapa besar dan banyak nikmat dan anugrahNya yang diberikan kepada kita.  Jika kita merenungkan sejenak atas nikmat yang dianugrahkan Allah swt yang melekat ditubuh kita, mulai dari tangan, kaki, mulut, mata, telinga, hidung, dan sebagainya.  Semua perlengkapan tubuh ini selalu bergerak secara otomatis sesuai dengan fungsi dan kegunaannya. Cobalah  perlihatkan mata kita pada sesuatu,  lalu tangan kita mengambil sesuatu yang dapat dimakan oleh mulut kita,  kemudian  apa yang dirasakan lidah?, disaat yang bersamaan akalpun dapat menunaikan tugasnya memikirkan dan merekam segala apa yang telah kita pegang, lihat, dan rasakan oleh mulut. disaat yang bersamaan pula telinga kita masih tetap bisa mendengar, dan hidung masih bisa mencium, dan sebagainya.

Alangkah hebat dan mahalnya instrumen yang dipasang di tubuh kita ini. Tak ada alat yang mampu diciptakan seorang manusia super pun mampu menandingi alat-alat yang diciptakan Allah swt berupa organ tubuh yang sekarang melekat sempurna pada tubuh kita.  Namun demikian, sungguh banyak diantara kita yang melupakan nikmat-nikmat itu.

Seandainya organ tubuh itu kita beli dirumah sakit, maka berapa juta dollar uang yang harus dikeluarkan untuk itu.

Seandainya Allah menyuruh membeli, maka dengan apa kita menebusnya?.

Maka sudah sepatutnya kita berterima kasih dan selalu mengucapkan puji dan syukur serta patuh ke Hadirat Allah yang Maha Rahman dan Rahim , karena Allah swt tidak akan menuntut agar kita membeli atau menyewa organ-organ tubuh sekarang melekat pada tubuh ini.  Sekalipun manusia tidak mensyukurinya, Allah swt tidak rugi, karena Allah swt tidak membutuhkan amal-amal makhlukNya, tidak bergantung kepda manusia. Justru sebaliknya, jika kita tak tahu diri dan tidak mensyukuri segala NikmatNya yang begitu besar, tentu kita sendiri yang rugi dan celaka.

Sesungguhnya nilai syukur itu bukan untuk kepentingan Allah swt, Allah swt memerintahkan hamba-hambanya agar senantiasa mensyukuri nikmatNya tiada lain adalah untuk kepentingan hamba-hambaNya sendiri. Sesempurna apapun angota dan organ tubuh ini, tetap Allah Ciptakan kekurangan didalamnya, dan hanya dengan bersyukur semua kekurangan itu dapat tidak dirasakan oleh kita, lewat suatu do’a yang dipanjatkan kepadaNya dengan penuh rasa kekurangan dan merendahkan diri.

مَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

Barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan abrangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia. ( An-Naml : 40 ).

فَلْيَنظُرِ الْإِنسَانُ مِمَّ خُلِقَ

Maka hendaklah manusia itu memperhatikan dari apa ia dijadikan ( At-Thariq : 5 ).


Allah Mendengar setiap do’a HambaNya


Allah Yang Maha kuasa, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang, telah berfirman
dalam al-Qur’an bahwa Dia dekat dengan manusia dan akan mengabulkan
permohonan orang-orang yang berdoa kepada-Nya. Adapun salah satu ayat yang
membicarakan masalah tersebut adalah:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya
Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi-Ku, dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.s.
al-Baqarah: 186).

Sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas, Allah itu dekat kepada setiap
hambanya. Dia Maha Mengetahui keinginan, perasaan, pikiran, kata-kata yang
diucapkan, bisikan, bahkan apa saja yang tersembunyi dalam hati setiap
manusia. Dengan demikian, Allah Mendengar dan Mengetahui setiap hambanya yang
berpaling kepada-Nya dan berdoa kepada-Nya. Inilah karunia Allah kepada
manusia dan sebagai wujud dari kasih-sayang-Nya, rahmat-Nya, dan
kekuasaan-Nya yang tiada batas.

Allah memiliki kekuasaan dan pengetahuan yang tiada batas. Dialah Pemilik
segala sesuatu di seluruh alam semesta. Setiap makhluk, setiap benda, dari
orang-orang yang tampaknya paling kuat hingga orang-orang yang sangat kaya,
dari binatang-binatang yang sangat besar hingga yang sangat kecil yang
mendiami bumi, semuanya milik Allah dan semuanya berada dalam kehendak-Nya
dan pegaturan-Nya yang mutlak.

Seseorang yang beriman terhadap kebenaran ini dapat berdoa kepada Allah
mengenai apa saja dan dapat berharap bahwa Allah akan mengabulkan
doa-doanya. Misalnya, seseorang yang mengidap penyakit yang tidak dapat
disembuhkan tentu saja akan berusaha untuk melakukan berbagai macam
pengobatan. Namun ketika mengetahui bahwa hanya Allah yang dapat memberikan
kesehatan, lalu ia pun berdoa kepada-Nya memohon kesembuhan. Demikian pula,
orang yang mengalami ketakutan atau kecemasan dapat berdoa kepada Allah agar
terbebas dari ketakutan dan kecemasan. Seseorang yang menghadapi kesulitan
dalam menyelesaikan pekerjaan dapat berpaling kepada Allah untuk
menghilangkan kesulitannya. Seseorang dapat berdoa kepada Allah untuk
memohon berbagai hal yang tidak terhitung banyaknya seperti untuk memohon
bimbingan kepada jalan yang benar, untuk dimasukkan ke dalam surga
bersama-sama orang-orang beriman lainnya, agar lebih meyakini surga, neraka,
Kekuasaan Allah, untuk kesehatan, dan sebagainya. Inilah yang telah
ditekankan Rasulullah saw. dalam sabdanya:

“Maukah aku beritahukan kepadamu suatu senjata yang dapat melindungimu dari
kejahatan musuh dan agar rezekimu bertambah?” Mereka berkata, “Tentu saja
wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Serulah Tuhanmu siang dan malam, karena
‘doa’ itu merupakan senjata bagi orang yang
beriman.”

Namun demikian, terdapat rahasia lain di balik apa yang diungkapkan dalam
al-Qur’an yang perlu kita bicarakan dalam masalah ini. Sebagaimana Allah
telah menyatakan dalam ayat:

“Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan.
Dan manusia itu tergesa-gesa.” (Q.s. al-Isra’:11).

Tidak setiap doa yang dipanjatkan oleh manusia itu bermanfaat. Misalnya
seseorang memohon kepada Allah agar diberi harta dan kekayaan yang banyak
untuk anak-anaknya kelak. Akan tetapi Allah tidak melihat kebaikan di dalam
doanya itu. Yakni, kekayaan yang banyak itu justru dapat memalingkan
anak-anak tersebut dari Allah. Dalam hal ini, Allah mendengar doa orang
tersebut, menerimanya sebagai amal ibadah, dan mengabulkannya dengan cara
yang sebaik-baiknya. Sebagai contoh lainnya, seseorang berdoa agar tidak
terlambat dalam memenuhi perjanjian. Namun tampaknya lebih baik baginya jika
ia sampai di tujuan setelah waktu yang ditentukan, karena ia dapat bertemu
dengan seseorang yang memberikan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk
kehidupan yang abadi. Allah mengetahui masalah ini, dan Dia mengabulkan doa
bukan berdasarkan apa yang dipikirkan orang itu, tetapi dengan cara yang
terbaik. Yakni, Allah mendengar doa orang itu, tetapi jika Dia melihat tidak
ada kebaikan dalam doanya itu, Dia memberikan apa yang terbaik bagi orang
itu. Tentu saja hal ini merupakan rahasia yang sangat penting.

Ketika doa tidak dikabulkan, orang-orang tidak menyadari tentang rahasia
ini, mereka mengira bahwa Allah tidak mendengar doa mereka. Sesungguhnya hal
ini merupakan keyakinan orang-orang bodoh yang sesat, karena “Allah itu
lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya sendiri.” (Q.s. Qaf: 16).
Dia Maha Mengetahui perkataan apa saja yang diucapkan, apa saja yang
dipikirkan, dan peristiwa apa saja yang dialami seseorang. Bahkan ketika
seseorang tertidur, Allah mengetahui apa yang ia alami dalam mimpinya. Allah
adalah Yang menciptakan segala sesuatu. Oleh karena itu, kapan saja
seseorang berdoa kepada Allah, ia harus menyadari bahwa Allah akan menerima
doanya pada saat yang paling tepat dan akan memberikan apa yang terbaik
baginya.

Doa, di samping sebagai bentuk amal ibadah, juga merupakan karunia Allah
yang sangat berharga bagi manusia, karena melalui doa, Allah akan memberikan
kepada manusia sesuatu yang Dia pandang baik dan bermanfaat bagi dirinya.
Allah menyatakan pentingnya doa dalam sebuah ayat:

“Katakanlah: ‘Tuhanku tidak mengindahkan kamu, andaikan tidak karena doamu.
Tetapi kamu sungguh telah mendustakan-Nya, karena itu kelak azab pasti akan
menimpamu’.” (Q.s. al-Furqan: 77)

” Allah Mengabulkan Doa Orang-orang yang Menderita dan Berada dalam
Kesulitan

Doa adalah saat-saat ketika kedekatan seseorang dengan Allah dapat
dirasakan. Sebagai hamba Allah, seseorang sangat memerlukan Dia. Hal ini
karena ketika seseorang berdoa, ia akan menyadari betapa lemahnya dan betapa
hinanya dirinya di hadapan Allah, dan ia menyadari bahwa tak seorang pun
yang dapat menolongnya kecuali Allah. Keikhlasan dan kesungguhan seseorang
dalam berdoa tergantung pada sejauh mana ia merasa memerlukan. Misalnya,
setiap orang berdoa kepada Allah untuk memohon keselamatan di dunia. Namun,
orang yang merasa putus asa di tengah-tengah medan perang akan berdoa lebih
sungguh-sungguh dan dengan berendah diri di hadapan Allah. Demikian pula,
ketika terjadi badai yang menerpa sebuah kapal atau pesawat terbang sehingga
terancam bahaya, orang-orang akan memohon kepada Allah dengan berendah diri.
Mereka akan ikhlas dan berserah diri dalam berdoa. Allah menceritakan
keadaan ini dalam sebuah ayat:

“Katakanlah: Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat
dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dengan suara
yang lembut: ‘Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini,
tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur’.” (Q.s. al-An’am: 63).

Di dalam al-Qur’an, Allah memerintahkan manusia agar berdoa dengan
merendahkan diri:

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Q.s.
al-A’raf: 55).

Dalam ayat lainnya, Allah menyatakan bahwa Dia mengabulkan doa orang-orang
yang teraniaya dan orang-orang yang berada dalam kesusahan:

“Atau siapakah yang mengabulkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia
berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu
sebagai khalifah di bumi? Apakah ada tuhan lain selain Allah? Sedikit sekali
kamu yang memperhatikannya.” (Q.s. an-Naml: 62).

Tentu saja orang tidak harus berada dalam keadaan bahaya ketika berdoa
kepada Allah. Contoh-contoh ini diberikan agar orang-orang dapat memahami
maknanya sehingga mereka berdoa dengan ikhlas dan merenungkan saat kematian,
ketika seseorang tidak lagi merasa lalai sehingga mereka berpaling kepada
Allah dengan keikhlasan yang dalam. Dalam pada itu, orang-orang yang
beriman, yang dengan sepenuh hati berbakti kepada Allah, selalu menyadari
kelemahan mereka dan kekurangan mereka, mereka selalu berpaling kepada Allah
dengan ikhlas, sekalipun mereka tidak berada dalam keadaan bahaya. Ini
merupakan ciri penting yang membedakan mereka dengan orang-orang kafir dan
orang-orang yang imannya lemah.

Mempelajari sistem kerja Alat Pendengaran kita


Saudara2ku…, Pernahkah kita memperhatikan dan menanyakan bagaimana telinga kita yang bisa mendengar suara2, bahkan bisa membedakan jenis2 suara yang ditangkap oleh ke dua telinga ini? kenapa bukan hidung atau mulut kita yang dapat mendengar suara2?. Semoga Artikel dibawah ini, dapat membantu kita semua dalam mempelajari sistem kerja panca indra dan anggota tubuh yang telah Allah Anugrahkan secara sempurna kepada kita sebagai makhluk CiptaanNya.

Pembahasan tentang Pendengaran, saya mulai dari bagian luar telinga. Menurut Ilmu Pengetahuan, getaran yang terjadi diudara berpindah masuk kedalam telinga yang tersusun rapi. Getaran itu diteruskan ke dalam gendang-gendang yang terdapat dibagian dalam. Kemudian diteruskan ke syaraf-syaraf pendengaran dalam telinga.

Benar – benar suatu keanehan, sebagaimana dikemukakan ahli telinga , yaitu Dr. Kurty, dikatakan bahwa selaput gendang bentuknya seperti botol, diantara kedua kacang setengah lingkaran. Setiap diantara kacang itu terdapat empat ribu syaraf pendengaran halus yang menghubungkan dengan syaraf pendengaran dalam otak besar. Berapa Panjang syaraf penghubung ini? Bagaimana susunannya? Berapa banyak jumlahnya?dan Apa sebab ditempatkan disini?. Diapit oleh tulang-tulang yang tersusun rapi, Semuanya terdapat dalam selaput gendang yang hampir – hampir tidak dapat dilihat.

Didalam telinga terdapat beratus-ratus sel-sel pendengar, tertumbuk pada selaput yang halus dan tipis. dimana fungsi sel-sel tersebut sebagai penangkap suara, perekam suara, pembeda jenis suara yang ditangkap, Lalu suara itu diteruskan kedalam otak.

Apabila seseorang mendengar suara, sangat menakjubkan sistem kerja alat pendengaran tersebut yaitu telinga, sehingga bisa mengetahui suara siapa dan suara apa yang didengarnya. Bagaimana cara alat pendengaran ini membedakan suara-suara tersebut?.

Semoga Artikel singkat ini dapat menambah rasa syukur kita terhadap Allah swt, Tuhan yang telah menciptakan kita, dan menciptakan seluruh alam dan segala isinya yang beraneka ragam. Amin

Sumber : Kitab Ihya Ulumuddin Bab Syukur

dan sumber2 lainnya.

Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas


Setiap tahunnya, di Kota Bogor tepatnya di kawasan empang Bogor selalu dibanjiri ribuan penziarah yang datang dari berbagai pelosok tanah air, bahkan mancanegara. Empang menjadi terkenal karena di lokasi itu terdapat maqam Waliyullah Al-Alamah Al-Arif Billah AlHabib Abdullah bin Mukhsin Al-Athas. Tepatnya berada di komplek Masjid Keramat An Nur yang lokasinya tepat di Jalan Lolongok.

Di Kompleks Masjid An Nur itu, terdapat pula maqam dari anak anak beliau (Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas) yaitu Al Habib Mukhsin Bin Abdullah Al Athas, Al Habib Zen Bin Abdullah Al Athas, Al Habib Husen Bin Abdullah Al Athas, Al Habib Abu Bakar Bin Abdullah Al Athas, Sarifah Nur Binti Abdullah Al Athas, dan makam murid kesayangannya yaitu Al Habib Habib Alwi Bin Muhammad Bin Tohir, dan Maqom seorang ulama besar yang belum lama ini wafat 26 maret 2007 al walid Habib Abdurrohman Bin Ahmad Assegaf (Pimpinan pon-pes Al Busro Citayam depok) (Allohu yarhamhum).

Para penziarah datang ke Masjid Keramat An-Nur, tidak hanya dibulan puasa, tapi juga setiap bulan Maulid, Rajab, untuk ikut memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, yang sekaligus digelar haul Al Habib Abdullah Bin Muhsin Al Athas, bahkan tidak sedikit para penziarah yang datang dari Mancanagera antara lain Singapura, Malaysia, dan dari berbagai belahan Negara Timur Tengah.

Perjalanan Hidup Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas.

Dalam manakib beliau diceritakan, Al Habib Abdullah Bin Mukhsin. Bin Muhammad. Bin Abdullah. Bin Muhammad. Bin Mukhsin. Bin Husen. Bin Syeh Al Kutub, Al Habib Umar Bin Abdurrohman Al Athas adalah seorang tokoh rohani yang dikenal luas oleh semua kalangan umum maupun khusus. Beliau adalah “Ahli kasaf” dan ahli Ilmu Agama yang sulit ditandingi keluasan Ilmunya, jumlah amal ibadahnya, kemulyaan maupun budi pekertinya.

Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas lahir pada pada hari Selasa 20 Jumadi Awal 1275 H, di desa hawrat, kampung khuraidhah Hadramaut, Yaman. Sejak kecil beliau mendapatkan pendidikan rohani dan perhatian khusus dari Ayahnya. Beliau mempelajari Al Qur’an dimasa kecilnya dari Mu’allim Syeh Umar Bin Faraj Bin Sabah.

Dalam Usia 17 tahun beliau sudah hafal Al Qur’an. Kemudian beliau oleh Ayahnya diserahkan kepada ulama terkemuka di masanya. Beliau dapat menimba berbagai cabang ilmu Islam dan Keimanan.

Diantara guru–guru beliau, salah satunya adalah Assyayid Al Habib Al Qutbi Abu Bakar Bin Abdullah Al Athas, dari Beliau AlHabib Abdullah bin Mukhsin menimba Ilmu–Ilmu rohani dan tasawuf, Beliau mendapatkan do’a khusus dari Al Habib Abu Bakar Al Athas, sehingga dengan kehendak Allah swt, berkah do’a dari guru – guru nya, beliau berhasil meraih derajat kewalian yang patut. Diantaranya guru rohani beliau yang patut dibanggakan adalah yang mulya Al Habib Sholih Bin Abdullah Al Athas penduduk Wadi a’mad.

Habib Abdullah pernah membaca Al Fatihah dihadapan Habib Sholeh dan Habib Sholeh menalqinkan Al Fatihah kepadanya Al A’rif Billahi Al Habib Ahmad Bin Muhammad Al Habsi. ketika melihat Al Habib Abdullah Bin Mukhsin yang waktu itu masih kecil beliu berkata,” sungguh anak kecil ini kelak akan menjadi orang mulya kedudukannya”.

HABIB ABDULLOH BIN MUKHSIN AL ATHTHAS ( memakai sebelah kanan )

Al Habib Abdullah Bin Mukhsin pernah belajar Kitab risalah karangan Al Habib Ahmad Bin Zen Al Habsi kepada Al Habib Abdullah Bin A’lwi Alaydrus sering menemui Imam Al Abror Al Habib Ahmad Bin Muhammad Al Muhdhor. Selain itu beliau juga sempat mengunjungi beberapa Waliyulllah yang tingal di hadramaut diantaranya, Al Habib Ahmad Bin Abdullah Al Bari seorang tokoh sunah dan asar. Dan Syeh Muhammad Bin Abdullah Basudan. Beliau menetap di kediaman Syeh Muhammad basudan selama beberapa waktu guna memperdalam Agama.
Pada tahun 1282 Hijriah, Habib Abdulllah Bin Mukhsin menunaikan Ibadah haji yang pertama kalinya.

Selama di tanah suci beliau bertemu dan suka berdialog dengan ulama–ulama Islam terkemuka. Kemudian, seusai menjalankan ibadah haji, beliau pulang ke Negrinya dengan membawa sejumlah keberkahan. Beliau juga mengunjungi Kota Tarim untuk memetik manfaat dari wali–wali Allah.

Setelah dirasa cukup, maka beliau meninggalkan Kota Tarim dengan membawa sejumlah berkah yang tidak ternilai harganya. Beliau juga mengunjungi beberapa Desa dan beberapa Kota di Hadramaut untuk mengunjungi para Wali dan tokoh–tokoh Agama dan Tasawuf baik dari keluarga Al A’lwi maupun dari keluarga lain.

Pada tahun 1283 H, Beliau melakukan ibadah haji yang kedua. Sepulangnya dari Ibadah haji, beliau berkeliling ke berbagai pelosok dunia untuk mencari karunia Allah SWT dan sumber penghidupan yang merupakan tugas mulya bagi seorang yang berjiwa mulya. Dengan izin Allah SWT, perjalananya mengantarkan beliau sampai ke Indonesia. Di Indonesiapun Beliau bertemu dan menimba Ilmu kepada sejumlah Waliyullah dari keluarga Al Alwi, antara lain Al Habib Ahmad Bin Muhammad Bin Hamzah Al Athas.

Sejak pertemuanya dengan Habib Ahmad beliau mendapatkan Ma’rifat. Dan Habib Abdullah Bin Mukhsin diawal kedatangannya ke Jawa memilih Pekalongan sebagai Kota tempat kediamannya. Guru beliau Habib Ahmad Bin Muhammad Al Athas banyak memberi perhatian kepada beliau sehinga setiap kalinya gurunya menunjungi Kota Pekalongan beliau tidak mau bermalam kecuali di rumah Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athos.

Dalam setiap pertemuan Habib Ahmad selalu memberi pengarahan rohani kepada Habib Abdullah Bin Mukhsin sehingga hubungan antara kedua Habib itu terjalin amat erat. Dari Habib Ahmad beliau banyak mendapat manfaat rohani yang sulit untuk dibicarakan didalam tulisan yang serba singkat ini.

habib-ahmad-bin-abdullah-al-athos salah satu guru Habib Abdullah bin Muhsin Al Athas

Dalam perjalan hidupnya Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas pernah merasakan kezaliman pemerintah belanda yang menjajah Indonesia pada waktu itu. Suatu hari, Beliau dimasukan kedalam penjara, mungkin pengalaman ini telah digariskan Allah. Sebab, Allah ingin memberi beliau kedudukan tinggi dan dekat dengannya. Nasib buruk ini pernah juga dialami oleh Nabi Yusuf AS yang sempat mendekam dalam penjara selama beberapa tahun. Namun, setelah keluar dari penjara ia diberi kedudukan tinggi oleh penguasa Mashor yang telah memenjarakannya.

Karomah dan Kekeramatan Habib Abdullah

Selama di penjara ke keramatan Habib Abdullah Bin Mukhsin semakin tampak sehingga semakin banyak orang yang datang berkunjung ketempat dimana Beliau dipenjarakan. Tentu saja hal itu mengherankan para pembesar penjara dan penjaganya. Sampai mereka pun ikut mendapatkan berkah dan manfaat dari kebesaran Habib Abdullah dipenjara.

Berkah ketaqwaannya, Setiap permohonan dan hajat yang pengunjung sampaikan kepada Habib Abdullah Bin Mukhsin selalu dikabulkan Allah SWT, para penjaga merasa kewalahan menghadapi para pengunjung yang mendatangi beliau. Mereka lalu mengusulkan kepada kepala penjara agar segera membebaskan beliau. Namun, ketika usulan ditawarkan kepada Habib Abdullah beliau menolak dan lebih suka menungu sampai selesainya masa hukuman.

Pada suatu malam pintu penjara tiba–tiba terbuka dan datanglah kepada beliau kakek beliau Al Habib Umar Bin Abdurrohman Al Athas seraya berkata, Jika kau ingin keluar dari penjara keluarlah sekarang, tetapi jika engkau mau bersabar maka bersabarlah.

Beliau ternyata memilih untuk bersabar dalam penjara, pada malam itu juga Sayyidina Al Faqih Al Muqodam dan Syeh Abdul Qodir Zaelani serta beberapa tokoh wali mendatangi beliau. Pada kesempatan itu Sayyidina Al Faqih Al Muqodam memberikan sebuah kopiah. Ternyata dipagi harinya Kopiah tersebut masih tetap berada di kepala Al Habib Abdullah Padahal, beliau bertemu dengan Al Faqih Al Muqodam didalam impian.

Para pengujung terus berdatangan kepenjara sehingga berubahlah penjaraan itu menjadi rumah yang selalu dituju, Beliau pun mendapatkan berbagai karomah yang luar biasa mengingatkan kembali hal yang dimiliki para salaf yang besar seperti Assukran dan syeh Umar Muhdor.

Diantara Karomah yang beliau peroleh adalah sebagaimana yang disebutkan Al Habib Muhammad Bin Idrus Al Habsyi bahwa Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas ketika mendapatkan anugrah dari Allah SWT, beliau tenggelam penuh dengan kebesaran Allah, hilang dengan segala hubungan alam dunia dan sergala isinya. Al Habib Muhammad Idrus Al Habsyi juga menuturkan, ketika aku mengujunginya Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athos dalam penjara aku lihat penampilannya amat berwibawa dan beliau terlihat dilapisi oleh pancaran Illahi. Sewaktu beliau melihat aku beliau mengucapkan bait –bait syair Habib Abdullah Al Hadad yang awal baitnya adalah sbb “ Wahaii yang mengunjungi Aku di malam yang dingin, ketika tak ada lagi orang yang akan menebarkan berita fitrah, Selanjutnya, kata Habib Muhammad Idrus, kami selagi berpelukan dan menangis, “. Karomah lainnya setiap kali beliau memandang borgol yang membelegu kakinya, maka terlepaslah borgol itu.

Disebutkan juga bahwa ketika pimpinan penjara menyuruh bawahannya untuk mengikat keher Habib Abdullah Bin Mukhsin maka dengan rante besi maka atas izin Allah rantai itu terlepas, dan pemimpin penjara beserta keluarga dan kerabatnya mendapat sakit panas, dokter tak mampu mengobati penyakit pemimpin penjara dan keluarganya itu, barulah kemudian pemimpin penjara sadar bahwa ;penyakitnya dan penyakit keluarganya itu diakibatkan Karena dia telah menyakiti Al Habib yang sedang dipenjara.

Kemudian, kepala penjara pengutus bawahannya untuk mendo’akan, penyakit yang di derita oleh kepala penjara dan keluarganya itu agar sembuh Maka, berkatalah Habib Abdullah kepada utusan itu Ambillah borgol dan rante ini ikatkan di kaki dan leher pemimpin penjara itu, maka akan sembuhlah dia.

Kemudian dikerjakanlah apa yang dikatakan oleh Habib Abdullah, maka dengan izin Allah SWT penyakit pimpinan penjara dan keluarganya seketika sembuh. Kejadian ini penyebabkan pimpinan penjara makin yakin akan kekeramatan Habib Abdullah Mukhsin Al Athas. Sekeluarnya dari penjara beliau tinggal di Jakarta selama beberapa tahun.

Perjalanan Hijrahnya ke Desa Empang.

Disebutkan, bahwa awal mula kedatangan Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas ke Indonesia, pada tahun 1800 Masehi, waktu itu beliau diperintahkan oleh Al Habib Al-Imam Abdullah bin Abu Bakar Alayidrus, untuk menuju Kota Mekah. Dan sesampainya di Kota Mekah, beliau melaksanakan sholat dan pada malam harinya beliau mimpi bertemu dengan Rasullah SAW, entah apa yang dimimpikannya, yang jelas ke esokan harinya beliau berangkat menuju Negeri Indonesia.

Sesampainya di Indonesia, beliau dipertemukan dengan Al Habib Ahmad Bin Hamzah Al Athas yang da dipakojan Jakarta dan beliau belajar ilmu agama darinya, lalu Habib Ahmad Bin Hamzah Al Athas memerintahkan agar beliau datang berziarah ke Habib Husen di luar Batang, dari sana sampailah perjalanan beliau ke Bogor. Beliau datang ke Empang dengan tidak membawa apa-apa. Pada saat beliau datang ke Empang Bogor, disana disebutkan bahwa Empang yang pada saat itu belum ada penghuninya, namun dengan Ilmu beliau bisa menyala dan menjadi terang benderang.

Diceritakan, ada kekeramatan yang lain, terjadi pula ketika beliau tengah makan dipinggiran empang, kebetulan pada saat itu datang kepada beliau seorang penduduk Bogor dan berkata “ Habib, kalau anda benar-benar seorang Habib Keramat, tunjukanlah kepada saya akan kekeramatannya.

Pada saat itu kebetulan Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas tengah makan dengan seekor ikan dan ikan itu tinggal separuh lagi. Maka Habib Abdukkah berkata” Yaa sama Anjul ilaman Tabis,” ( wahai ikan kalau benar-benar cinta kepadaku tunjukanlah) maka atas izin Allah SWT, seketika itu juga ikan yang tinggal separuh lagi meloncat ke empang. Konon ikan yang tinggal separuh tersebut sampai sekarang masih hidup dilaut.

Masjid Keramat Empang didirikan sekitar tahun 1828 M. pendirian Masjid ini dilakukan bersama para Habaib dan ulama-ulama besar di Indonesia. Di Sekitar Areal Masjid Keramat terdapat peninggalan rumah kediaman Habib Abdullah, yang kini rumah itu ditempati oleh Khalifah Masjid, Habib Abdullah Bin Zen Al Athas. Didalam rumah tersebut terdapat kamar khusus yang tidak bisa sembarang orang memasukinya, karena kamar itu merupakan tempat khalwat dan zikir beliau. Bahkan disana terdapat peninggalan beliau seperti tempat tidur, tongkat , gamis dan sorbannya yang sampai sekarang masih disimpan utuh.

Kitab-kitab beliau kurang lebih ada 850 kitab, namun yang ada sekarang tinggal 100 kitab, sisanya disimpan di “Jamaturkhair atau di Rabitoh”. Tanah Abang Jakarta. Salah satu kitab karangan beliau yang terkenal adalah “Faturrabaniah” konon kitab itu hanya beredar dikalangan para ulama besar,

Adapun karangannya yang lain adalah kitab “Ratibul Ahtas dan Ratibul Hadad.” Kedua kitab itu merupakan pelajaran rutin yang diajarkan setiap magrib oleh beliau kepada murid-muridnya dimasa beliau masih hidup, bahkan kepada anak dan cucunya, Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas menganjurkan supaya tetap dibacanya.

Habib Abdullah Bin Al Athas, adalah seorang Waliyullah dengan kiprahnya menyebarkan Agama Islam dari satu negeri kenegeri lain. Di Kampung Empang beliau menikahi seorang wanita keturanan dalem Sholawat. Dari sanalah beliau mendapatkan wakaf tanah yang cukup luas, sampai sekarang 85 bangunan yang terdapat di kampung Empang didalam sertifikatnya atas nama Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas.

Semasa hidupnya sampai menjelang akhir hayatnya beliau selalu membaca Sholawat Nabi yang setiap harinya dilakukan secara dawam di baca sebanyak seribu kali, dengan kitab Sholawat yang dikenal yaitu “ Dala’l Khoirot” artinya kebaikan yang diperintahkan oleh Allah SWT.

Menurut Manakib, beliau dipanggil Allah SWT pada hari Selasa, 29 Zulhijjah 1351 Hijriah diawal waktu zuhur Jenazah beliau dimakamkan keesokan harinya hari Rabu setelah Sholat zuhur. Tak terhitung jumlah orang yang ikut mesholatkan jenazah. Beliau dimakamkan di bagian Barat Masjid An nur Empang,sebelum wafat beliau terserang sakit flu ringan.

Sholluu ‘alannabi. Allohumma sholli ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa’alaa alihi wasohbihi.

Tambahan, Haul Al Alamah Al Arif Billah Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas diselenggarakan setiap tahunnya tanggal, 23 Rabiul awal ( Maulud ) Di komplek Mesjid keramat Annur Empang bogor.

Kitab Hikam : Orang Arif Tidak Membanggakan Amalnya


Kitab Hikam : Syekh Ahmad bin Muhammad Athaillah r.a

ORANG ORANG YANG ARIF

Tanda tanda Orang yang Arif, Ia tidak membanggakan amal Ibadahnya. Dan harapan nya kepada Allah tidak berkurang ketika terjadi kekhilafan kepada Allah”.

Penjelasan :

Orang yang arif adalah orang yang tidak membanggakan amal ibadahnya. Dan tidak mengurangi harapannya kepada Allah, ketika ia berhadapan dengan rintangan yang menimpa. Sedangkan sifat orang yang bijaksana dalam meneguhkan imannya kepada Allah selalu berpegang teguh ( Istiqomah ) kepada kekuasaan yang ada pada Allah.

Para Arifin dalam imannya kepada Allah selalu menyaksikan kebenaran-Nya dari atas permadani hidupnya. Ia tidak dapat memutuskan hubungannya dengan Allah karena telah menyaksikan kebesaran Allah dari hidupnya sendiri, tidak menjadikan amal ibadahnya sebagai kebanggaan hidupnya, akan tetapi ia jadikan sebagai suatu kewajiban seorang hamba kepada Sang Khaliq. Imannya selalu khawatir, kalau – kalau ibadahnya tidak diterima Allah swt.

Orang Arifin yang selalu memperhatikan dirinya dan mengkuatirkan amalnya dengan penuh harapan Rahmat dari Allah swt. Dan juga selalu menempatkan diri mereka dengan jiwa yang waspada dan tenang. Karena kewaspadaan jiwanya dalam ibadah serta ketenangannya akan memberikan manusia sifat – sifat utama yang terdengar dari suara hati nuraninya sendiri yang suci.

Adapun yang berbuat dosa dan kesalahan, tetapi ia enggan mengharapkan rahmat dan ampunan Allah, sesungguhnya ia telah menumbuhkan rasa angkuh akan kemampuan dirinya tanpa rahmat dan pertolongan Allah. Orang ini telah mengesampingkan Allah dalam Tauhid-Nya. Orang seperti ini telah melibatkan dirinya dalam dosa dan kesalahan.

Menjadikan Allah sebagai tempat pengharapannya selalu menjadi hiasan hati para ‘Arifin, kebutuhannya kepada Allah swt. Selalu menjadi keinginan Imannya. Karena meyakini Anugrah Allah itu sangat luas, dan rahmat Allah sangat banyak. Apabila pada suatu saat si hamba Allah tergelincir kedalam perbuatan maksiat, ia akan mudah menemukan jalan keluar, karena yakin kasih sayang Allah dan kecintaan Allah swt. akan mendatanginya dan melepaskannya dari maksiat, serta melindungi dan memberikan pertolongannya dengan kebesaran rahmat-Nya dan kecintaan Allah.

Pemberian Allah berupa Rahmat dan pertolongan akan diterima seorang hamba apabila si hamba yang berlumuran dosa sadar akan kelemahan dirinya., dan yakin akan kebesaran Rahmat dan ampunan-Nya. Sehingga keyakinannya itu mengajaknya agar cepat – cepat bertobat dan memohon ampunan kepada Allah Swt, seperti yang ia yakini, hanya Allah sebagai satu – satunya tempatnya bersandar. Inilah tanda dari Hamba Allah yang nuraninya masih hidup dan jiwanya masih dibakar oleh iman, sehingga ia tidak lekas berputus asa menghadapi segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya, sebagai kenyataan yang tak boleh dielakkan. Mereka yang berpribadi seperti ini adalah kelompok orang yang ditegaskan oleh Al-Quran sebagai golongan kanan (Ashabul yamin).

“Sesungguhnya Alla swt. Telah menciptakan agama untuk manusia, bersamaan dengan memberikan kemampuan mereka untuk beramal, karena dengan amal itu manusia akan berupaya melepaskan dirinya dari dosa dan kesalahan, serentak akan memberikan tempat kepadanya hiasan keutamaan diri”.

Iman yang paling tinggi kwalitasnya, adalah iman yang mampu melepaskan dirinya dari belenggu yang membebaninya melalui ujian. Inilah prinsip yang paling berharga, ketika seorang mukmin sadar akan dirinya atas pemberian rahmat dan karunia Allah yang begitu banyak telah diterimanya.

Demikian juga ketaatan kepada Allah bukanlah suatu amal yang harus dipamerkan atau semisalnya, karena ketaatan adalah hiasan jiwa yang bertahtakan ketulusan di dalamnya. Ketaatan itu sendiri belum menjadi jaminan seorang untuk masuk surga. Karena hal ini memerlukan ujian yang sangat istimewa. Pada dasarnya ketaatan adalah karunia yang sangat mahal harganya bagi hamba Allah yang perlu mendapatkan penjagaan terus menerus sepanjang hayatnya. Setiap karunia yang menjadi anugrah Allah swt. Berupa apapun, terutama jiwa yang taat, adalah merupakan hidayah dari Allah swt.

Meyakini bahwa Iman dan ketaatan seorang hamba kepada Khaliqnya dalah hidayah Allah, maka hamba yang arif akan selalu memberi bobot jiwanya serta menghindarkan diri dari kedengkian, kesombongan, demikian juga kebanggan. Sebab sifat – sifat yang disebut terakhir akan memberi kesempatan kepada iblis untuk mendapat tempat dalam ruang jiwa kita. Hal ini mesti diwaspadai karena sangat berbahaya.

Keimanan kepada Allah sebagai penangkal bagi orang mukmin yang arif adalah perisai yang paling ampuh dan senjata yang paling tajam ketika dihadapkan dengan musuh Allah dan musuh orang beriman, yakni Iblis. Hamba Allah yang mempergunakan Islam sebagai senjata untuk melawan iblis, itulah yang akan mendapat kemenangan dan kasih sayang-Nya. Karena Allah swt telah mengingatkan,

Barangsiapa yang mengikuti agama, selain agama islam, maka tidak diterima amal ibadahnya, sedangkan di alam akhirat ia termasuk orang yang rugi.”(QS. Ali-Imran:85)

Ketahuilah bahwasanya berpegang teguh kepada keutamaan dan kemuliaan lebih diperlukan daripada berpegang kepada perbuatan yang bertentangan dengan Syariat Islam (tercela). Adapun perbuatan tercela itu datang mengunjungi kita, disebabkan jiwa kita dalam mengetahui kebenaran dan kemuliaan sangat minim. Sedangkan memenuhi jiwa kita dengan ajaran – ajaran Islam adalah wajib, agar terhindar dari pengaruh ajaran dan pemikiran yang tidak Islami. Agama islam itu wajib dijadikan Hujjah dalam mengarungi perjalanan hidup, agar terhindar dari perbuatan bodoh dan tercela.

Orang yang membanggakan amal ibadahnya, berarti ia menyandarkan dirinya hanya pada amal ibadahnya. Ini adalah suatu perkara yang tidak diperkenankan dalam syariat islam. Semua amal ibadah harus disandarkan kepada Allah swt.

Selain itu hamba Allah yang beribadah dan beramal, adalah mencari rahmat dan karunia-Nya, sedangkan yang memiliki rahmat itu adalah Allah swt. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quranul Karim :

“Dengan karunia dan rahmat Allah jualah hendaklah kamu bergembira karenanya. Sebab karunia dan rahmat Allah itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.”(QS> Yunus:58)

Berbangga kepada amal ibadah yang telah dilaksanakan sama dengan Syirik. Karena perbuatan seperti itu selain membanggakan diri dihadapan Allah swt. Bahwa ia telah biasa beramal dan beribadah, ia pun telah mendahului Allah swt, seakan akan amal ibadahnya telah diterima Allah swt. Orang seperti ini seakan – akan amal itu datang dari kemampuannya sendiri, lalu mengandalkan amal untuk mencapai tujuan.

Orang – orang arif dan berma’rifat kepada Allah, lebih banyak bersyukur kepada-Nya, karena banyak kesempatan baginya untuk beramal. Dengan rahmat dan kasih sayang itulah ia mampu melaksanakan semua amal ibadahnya dalam kehidupan ini.

Wallahu alam.

Insya Allah kita berlanjut mengkaji Kitab Syarah hikam pada bab selanjutnya.

Hukum Mengenai Taqlid ( Mengikuti sesuatu tanpa mengetahui sumber hukumnya)


Petikan di bawah di ambil dari Kitab Alla mazhabiyyatu Akhtaru Bid’atin Tuhaddidu Asy Syariiata Al Islamiyyah karangan Dr Said Ramadhan al Buthi untuk berhujjah dengan Kitab Halil Muslimu Mulzamun Bittiba’i Mazhabin Mua’yyanin Minal Madzaahibil Arba’ah karangan Syeikh Khajandi (Muhammad Sulthan Al Ma’shumi Al Khajandi Al Makki) – ulama wahhabi terkenal yang juga guru besar Masjidil Haram yang telah menghukumi bahwa mengikut mazhab itu adalah haram dan mempromosikan bebas mazhab (Alla mazhabiyyah).


Taqlid ialah mengikuti pendapat seseorang tanpa mengetahui hujah dan yang menunjukkan kebenaran pendapat tersebut. Dalam hal ini, tidak ada bedanya taqlid dan ittiba’ karena kedua-duanya mempunyai arti yang sama.


Dalam al Quran, ALLah ‘azza wa Jalla menggunakan kata-kata ittiba’ sebagai pengganti kata-kata taqlid, sebagaimana firman -Nya yang artinya :


“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa, serta ketika segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti, “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka sebagaimana mereka berlepas dari kami…”. Read more…

Apakah Suatu Syariat yang tidak dicontohkan Nabi saw itu sesat ???


Apabila ada orang yang mengharamkan sesuatu dengan berdalih bahwa hal itu tidak pemah dilakukan Rasulullah SAW, maka sebenamya dia mendakwa sesuatu yang tidak ada dasar hukumnya. Oleh karena itu, dakwaannya tidak dapat diterima.


Demikian Abdullah ibn ash-Shiddiq al-Ghumari dalam “Itqanush Shunnah fi Tahqiqi Ma’nal-Bid’ah”. Lebih lanjut beliau mengatakan: ”Sangat bisa dipahami bahwa Nabi Muhammad SAW tidak melakukan semua perbuatan mubah, dan bahkan perbuatan sunnah, karena kesibukannya dalam mengurus tugas-tugas besar yang telah memakan sebagian besar waktunya.


Tugas berat Nabi antara lain menyampaikan dakwah, melawan dan mendebat kaum musyrikin serta para ahli kitab, berjihad untuk menjaga cikal bakal Islam, mengadakan berbagai perdamaian, menjaga keamanan negeri, menegakkan hukum Allah, membebaskan para tawanan perang dari kaum muslimin, mengirimkan delegasi untuk menarik zakat dan mengajarkan ajaran Islam ke berbagai daerah dan lain sebagainya yang dibutuhkan saat itu utnuk mendirikan sebuah negara Islam.

Oleh karena itu, Rasulullah hanya menerangkan hal-hal pokok saja dan sengaja Read more…

Memaknai Kisah Perjalanan dari Dakwah Rasulullah saw


Artikel kali ini saya ingin sedikit mengajak kepada Semua untuk merenungkan Perjalanan dakwah Rasulullah saw yang selalu mendapatkan perlawanan yang kuat dari Bangsa Quraisy. Begitu banyak duri yang ditebarkan bangsa Quraisy untuk mengahalang-halangi dakwah Rasulullah saw. Namun Hebatnya Rasulullah saw sedikitpun tidak gentar menghadapi teror yang dilancarkan orang-orang Quraisy baik secara fisik maupun non fisik yang ditimpakan kepada Beliau.

Kesabaran dan keteguhan hati yang dianugrahkan Allah kepada Rasulullah menjadi Perisai dan keberaniannya dalam menghadapai masa-masa sulit. Walau jiwanya selalu diancaman kematian.Kemampuan meredam amarahnya patut jadi contoh, begitupun keikhlasannya memberikan yang terbaik kepada orang yang menyakitinya akan membuat kita terhanyut dalam memaknai perjalanan hidupnya, hingga kelapangan dadanya untuk memaafkan lawan mampu membuat lawan-lawannya menjadi simpati terhadap Islam.

Kepandaian Rasulullah saw mengambil kebijakan dalam menyikapi sikap musuh memperlihatkan betapa tingginya kecerdasaan emosi beliau (EQ). Sehingga Memaafkan musuh adalah menjadi pekerjaan mudah baginya. Walau sang musuh jelas-jelas sejak semula berniat membunuhnya. Apalagi kepada musuh yang kebenciannya masih tipis, atau baru pertama kali melakukan perbuatan aniaya terhadap dirinya.

Semoga Teladan yang diberikan oleh Rasulullah saw. Ini mampu kita terapkan dalam kehidupan kita saat ini agar kita mampu mencapai pribadi yang sukses dalam menggapai kehidupan dunia dan akhirat. Amin.

Penderitaan Rasulullah saw (1)

Dikisahkan dalam kitab Bidayah wal Nihayah dan Hilyatul Aulia: Baihaqi memberitakan dari Abdullah bin Ja’far ra. katanya: Apabila Abu Thalib telah meninggal dunia, mulailah Nabi SAW diganggu dan ditentang secara terang-terangan. Satu peristiwa, beliau telah dihadang di jalanan oleh salah seorang pemuda jahat Quraisy, diraupnya tanah dan dilemparkan ke muka beliau, namun beliau tidak membalas apa pun.

Apabila beliau tiba di rumah, datang salah seorang puterinya, lalu membersihkan muka beliau dari tanah itu sambil menangis sedih melihat ayahnya diperlakukan orang seperti itu. Maka berkatalah Rasulullah SAW kepada puterinya itu: ‘Wahai puteriku! Jangan engkau menangis begitu, Allah akan melindungi ayahmu!’ beliau membujuk puterinya itu.
Beliau pernah berkata: Sebelum ini memang kaum Quraisy tidak berani membuat sesuatu seperti ini kepadaku, namun selepas Abu Thalib meninggal dunia, mulailah mereka menggangguku dan mengusik ketenteramanku. Dalam riwayat yang lain, beliau berkata kepadanya karena menyesali perbuatan jahat kaum Quraisy itu: Wahai paman! Alangkah segeranya mereka menggangguku sesudah engkau hilang dari mataku!

Thabarani telah memberitakan dari Al-Harits bin Al-Harits yang menceritakan peristiwa ini, katanya: Apabila aku melihat orang ramai berkumpul di situ, aku pun tergesa-gesa datang ke situ, menarik tangan ayahku yang menuntunku ketika itu, lalu aku bertanya kepada ayahku: ‘Apa sebab orang ramai berkumpul di sini, ayah?’ ‘Mereka itu berkumpul untuk mengganggu seorang pemuda Quraisy yang menukar agama nenek-moyangnya!’ jawab ayahku. Kami pun berhenti di situ melihat apa yang terjadi. Aku lihat Rasulullah SAW mengajak orang ramai untuk mengesakan Allah azzawajaila dan mempercayai dirinya sebagai Utusan Allah, tetapi aku lihat orang ramai mengejek-ngejek seruannya itu dan mengganggunya dengan berbagai cara sehinggalah sampai waktu tengah hari, maka mulailah orang bubar dari situ.
Kemudian aku lihat seorang wanita datang kepada beliau membawa air dan sehelai kain, lalu beliau menyambut tempat air itu dan minum darinya. Kemudian beliau mengambil wudhuk dari air itu, sedang wanita itu menuang air untuknya, dan ketika itu agak terbuka sedikit pangkal dada wanita itu. Sesudah selesai berwudhuk, beliau lalu mengangkat kepalanya seraya berkata kepada wanita itu: Puteriku! lain kali tutup rapat semua dadamu, dan jangan bimbang tentang ayahmu! Ada orang bertanya: Siapa dia wanita itu? jawab mereka: Itu Zainab, puterinya – radhiallahu anha. (Majma’uz-Zawa’id 6:21)

Dalam riwayat yang sama dari Manbat Al-Azdi, katanya: Pernah aku melihat Rasulullah SAW di zaman jahiliah, sedang beliau menyeru orang kepada Islam, katanya: ‘Wahai manusia sekaliani Ucapkanlah ‘Laa llaaha lliallaah!’ nanti kamu akan terselamat!’ beliau menyeru berkali-kali kepada siapa saja yang beliau temui. Malangnya aku lihat, ada orang yang meludahi mukanya, ada yang melempar tanah dan kerikil ke mukanya, ada yang mencaci-makinya, sehingga ke waktu tengah hari.

Kemudian aku lihat ada seorang wanita datang kepadanya membawa sebuah kendi air, maka beliau lalu membasuh wajahnya dan tangannya seraya menenangkan perasaan wanita itu dengan berkata: Hai puteriku! Janganlah engkau bimbangkan ayahmu untuk diculik dan dibunuh … ! Berkata Manbat: Aku bertanya: Siapa wanita itu? Jawab orangorang di situ: Dia itu Zainab, puteri Rasuluilah SAW dan wajahnya sungguh cantik.
(Majma’uz Zawa’id 6:21)

Penderitaan Rasulullah saw (2)

Bukhari meriwayatkan dari Urwah r.a. katanya: Aku bertanya Amru bin Al-Ash ra. mengenai apa yang dideritai Nabi SAW ketika beliau berdakwah mengajak orang masuk Islam, kataku: ‘Beritahu aku tentang perbuatan yang paling kejam yang pernah dibuat oleh kaum musyrikin terhadap Rasulullah SAW? Maka Amru berkata: Ketika Nabi berada di Hijir Ka’bah, tiba-tiba datang Uqbah bin Abu Mu’aith, lalu dibelitkan seutas kain pada tengkuk beliau dan dicekiknya dengan kuat sekali. Maka seketika itu pula datang Abu Bakar ra. lalu dipautnya bahu Uqbah dan ditariknyanya dengan kuat hingga terlepas tangannya dari tengkuk Nabi SAW itu. Abu Bakar berkata kepada Uqbah: ‘Apakah engkau hendak membunuh orang yang mengatakan ‘Tuhanku ialah Allah!’ padahal dia telah membawa keterangan dari Tuhan kamu?!’ (Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:46)

Suatu riwayat yang dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah, dari Amru bin Al-Ash ra. katanya: Aku tidak pemah lihat kaum Quraisy yang hendak membunuh Nabi SAW seperti yang aku lihat pada suatu hari di bawah lindungan Ka’bah. Mereka bersepakat merencanakan pembunuhan beliau sedang mereka duduk di sisi Ka’bah. Apabila Rasulullah SAW datang dan bersembahyang di Maqam, lalu bangunlah Uqbah bin Abu Mu’aith menuju kepada Rasulullah SAW dan membelitkan kain ridaknya ke tengkuk beliau, lalu disentaknya dengan kuat sekali, sehingga beliau jatuh tersungkur di atas kedua lututnya. Orang ramai yang berada di situ menjerit, menyangka beliau telah mati karena cekikan keras dari Uqbah itu. Maka ketika itu segeralah Abu Bakar ra. datang dan melepaskan cekikan Uqbah dari Rasulullah SAW itu dari belakangnya, seraya berkata: Apa ini? Adakah engkau hendak membunuh orang yang mengatakan ‘Tuhanku ialah Allah!’ Uqbah pun segera berundur dari tempat Rasuluilah SAW itu kembali ke perkumpulan teman-temannya para pemuka Quraisy itu. Rasulullah SAW hanya bersabar saja, tidak mengatakan apa pun. Beliau lalu berdiri bersembahyang, dan sesudah selesai sembahyangnya dan ketika hendak kembali ke rumahnya, beliau berhenti sebentar di hadapan para pemuka Quraisy itu sambil berkata: ‘Hai kaum Quraisy! Demi jiwa Muhammad yang berada di dalam genggaman Tuhan! Aku diutus kepada kamu ini untuk menyembelih kamu!’ beliau lalu mengisyaratkan tangannya pada tenggorokannya, yakni beliau rnenjanjikan mereka bahwa mereka akan mati terbunuh. ‘Ah, ini semua omong kosong!’ kata Abu jahal menafikan ancaman Nabi SAW itu. ‘Ingatlah kataku ini, bahwa engkau salah seorang dari yang akan terbunuh!’ sambil menunjukkan jarinya ke muka Abu jahal. (Kanzul Ummal 2:327)

Penderitaan Rasulullah saw  (3)

Ahmad memberitakan dari Urwah bin Az-Zubair dari Abdullah bin Amru ra. bahwa Urwah pernah bertanya kepada Abdullah: ‘Tolong beritahu aku apa yang pernah engkau lihat dari kaum Quraisy ketika mereka menunjukkan permusuhannya kepada Rasulullah SAW?’. Abdullah bercerita: Aku pernah hadir dalam salah satu peristiwa ketika para pemuka Quraisy bermusyawarah di tepi Hijir (Ka’bah), mereka berkata: Apa yang kita tanggung sekarang lebih dari yang dapat kita sabar lagi dari orang ini! Dia telah mencaci nenek-moyang kita, memburuk-burukkan agama kita, memporak-perandakan persatuan kita, dan mencerca tuhan-tuhan kita, siapa lagi yang dapat bersabar lebih dari kita … !’

Di tengah mereka berbincang-bincang itu, tiba-tiba muncullah Rasulullah SAW datang dan langsung menghadap sudut Ka’bah, lalu beliau bertawaf keliling Ka’bah, dan apabila beliau berlalu di tempat kaum Quraisy itu sedang duduk, mereka melontarkan beberapa perkataan kepadanya, namun beliau hanya berdiam diri belaka. Apabila beliau bertawaf kali kedua, mereka tetap menyampaikan kata-kata mengejek, namun beliau tidak berkata apa pun. Tetapi pada tawaf keliling ketiga, bila mereka mengejek-ngejek lagi, beliau lalu berhenti seraya berkata kepada mercka: ‘Hai pemuka Quraisy! Dengarlah baik-baik! Demi jiwa Muhammad yang berada di dalam genggaman Tuhan, sebenarnya aku ini mendatangi kamu untuk menyembelih kamu!’ Mendengar itu, semua orang yang di situ merasa berat sekali, sehingga setiap seorang di antara mereka merasakan seolah-olah burung besar datang untuk menyambarnya, sampai ada orang yang tidak sekeras yang lain datang untuk menenangkan perasaan beliau supaya tidak mengeluarkan kata-kata yang mengancam, karena mereka sangat bimbang dari kata-katanya. ‘Kembalilah sudah, wahai Abu Al-Qasim!’ bujuk mereka. ‘Janganlah engkau sampai berkata begitu! Sesungguhnya kami sangat bimbang dengan kata-katamu itu!’ Rasuluilah SAW pun kembalilah ke rumahnya.

Kemudian pada hari besoknya, mereka datang lagi ke Hijir (Ka’bah) itu dan berbicarakan permasalahan yang sama, seperti kemarin, dan aku duduk di antara mereka mendengar pembicaraan mereka itu. ‘Kamu semua cuma berani berkata saja, cuma berani mengumpat sesama sendiri saja, kemudian apabila Muhammad mengatakan sesuatu yang kamu tidak senang, kamu lalu merasa takut, akhirnya kamu membiarkannya!’ kata yang satu kepada yang lain. ‘Baiklah,’ jawab mereka.’ Kali ini kita sama-sama bertindak, bila dia datang nanti.’ Dan seperti biasa Rasulullah SAW pun datang untuk bertawaf pada Ka’bah, maka tiba-tiba mereka melompat serentak menerkamnya sambil mereka mengikutinya bertawaf mereka mengancamnya: ‘Engkau yang mencaci tuhan kami?’ kata yang seseorang. ‘Engkau yang memburuk-burukkan kepercayaan kami, bukan?’ kata yang lain. Yang lain lagi dengan ancaman yang lain pula. Maka setiap diajukan satu soalan kepada Rasulullah SAW itu, setiap itulah dia mengatakan: ‘Memang benar, aku mengatakan begitu!’ Lantaran sudah tidak tertanggung lagi dari mendengar jawaban Nabi SAW itu, maka seorang dari mereka lalu membelitkan kain ridaknya pada leher beliau, sambil menyentakkannya dengan kuat. Untung Abu Bakar ra. berada di situ, lalu dia segera datang melerai mereka dari menyiksa Nabi SAW sambil berkata: ‘Apakah kamu sekalian mau membunuh seorang yang mengatakan ‘Tuhanku ialah Allah! ‘diulanginya kata-kata itu kepada kaum Quraisy itu, dengan tangisan yang memilukan hati. Kemudian aku lihat kaum Quraisy itu meninggalkan tempat itu. Dan itulah suatu peristiwa sedih yang pernah aku lihat dari kaum Quraisy itu yang dilakukan terhadap Nabi SAW – demikian kata Abdullah bin Amru kepada Urwah bin Az-Zubair ra. (Majma’uz Zawa’id 6:16)

Berawal dari kerinduan terhadap Rasulullah saw

Bilal bin Rabbah, sahabat Rasulullah SAW berkulit hitam namun berhati putih mempunyai banyak kenangan tersendiri pada lelaki mulia yang menjadi nabinya. Kenangan itu berkerak dan melekat dalam diri Bilal ra. sampai jauh setelah Rasulullah SAW wafat. Agar tak terkoyak moyak hatinya, Bilal ra. memutuskan untuk tak lagi adzan sepeninggal Rasulullah SAW. Sampai suatu ketika, rindu Bilal ra. tak tertahankan. Ia pun mengumandangkan adzan.

Kisah itu diawali dengan cerita Bilal ra. tentang mimpinya semalam. Lelaki asal Ethiopia itu, suatu malam bermimpi dalam tidurnya. Dalam mimpinya, Bilal bertemu dengan Rasulullah SAW. “Bilal, betapa rindu aku padamu,” kata Rasulullah SAW dalam mimpi Bilal.

Satu orang mendengar cerita Bilal ra. Tak berapa lama, orang pertama menceritakan mimpi Bilal ra. pada orang kedua. Orang keduapun bercerita pada orang ketiga, keempat, kelima dan seterusnya. Menjelang sore, nyaris seluruh penduduk kota Madinah, kota yang sudah lama ditinggalkannya, tahu tentang mimpinya itu. Maka bersepakat penduduk Madinah, meminta Bilal ra. untuk adzan di masjid Rasulullah saat waktu shalat maghrib tiba.

Tak kuasa Bilal menolak keinginan sahabat-sahabatnya. Senja merah, angin sepoi dan langit bersih dari mega. Bilal mengumandangkan adzan. Penduduk Madinah tercekam kerinduan. Rasa dalam dada membuncah, detik-detik bersama Rasulullah, manusia tercinta terbayang kembali di pelupuk mata. Akhirnya, penduduk Madinah pun menitikkan air mata rindunya. Dan Bilal ra, tentu saja ia diharu biru rindu pada kekasihnya, nabi akhir zaman itu.


Hamba-hamba Allah yang dido’akan oleh Seluruh Malaikat


  1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci”.
    (Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
  2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’” (Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)
  3. Orang – orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang – orang) yang berada pada shaf – shaf terdepan” (Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib ra., hadits ini dishahihkan Read more…

Memurnikan kembali Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia yang banyak disebarkan kaum Orientalis barat


Kita semua mengetahui bahwa penulisan tentang sejarah Islam di Indonesia selama ini masih di dominasi oleh versi sarjana-sarjana barat yang dalam penilaian kita masih banyak terdapat kekeliruan, baik sengaja ataupun tidak sengaja. Ini merupakan tanggung jawab kita bersama dan semestinya para ulama serta intelektual Islam Indonesia harus memiliki senses yang bisa merespon dan memperbaiki berbagai kekeliruan tersebut. Apabila kita tidak segera mengoreksinya maka kita akan mewariskan sesuatu yang salah kepada generasi kita. Explisitnya apabila dari sekarang kita tidak mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut maka jangan heran kalau generasi kita yang akan datang tidak mengetahui dan bahkan merasa asing terhadap sejarah Islam Indonesia.

Di antara kekeliruan-kekeliruan dari penulisan sejarah Islam versi barat kita catat misalnya Islam dibawa dan disebarkan di Indonesia dengan pedang dan darah bahkan selalu dihembus-hembuskan agama Islam itu adalah agama import yaitu agama orang Arab. Dan juga sering dituduhkan oleh sebagian pihak yang tidak senang terhadap Islam bahwa kedatangan Islam di Indoneisa menjadi penghambat kemajuan bangsa dan negara. Dan masih banyak lagi gambaran atau penilaian negatif lainnya yang ditujukan kepada Islam oleh pihak-pihak tertentu.

Kita merasa sangat bersyukur bahwa 4 dekade terakhir ini telah tumbuh kesadaran dari para sarjana dan intelektual muslim Indonesia dengan melakukan berbagai penelitian dan penulisan kembali sejarah-sejarah di Indonesia. Tokoh-tokoh Islam bermunculan walaupun belum banyak meneruskan usaha penulisan sejarah Islam yang telah dirintis oleh tokoh-tokoh sebelumnya seperti H. Agus Salim, H. Abubakar Aceh, Prof. DR. Hamka dan lain-lain.

Sementara itu ada satu kesan bahwa Islam di Indonesia terisolir dari penulisan Dunia Islam itu sendiri. Literatur Islam Indonesia sangat terbatas dan masih sedikit para sarjana yang meneliti Islam di Indonesia.

Seminar masuknya Islam ke Indonesia di Medan tahun 1963 merupakan langkah awal upaya kita menggali dan menemukan kembali fakta sejarah masuknya Islam di Indonesia yang menjembatani isolasi. Hasil seminar tersebut merupakan koreksi total terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh penulis-penulis sebelumnya, khususnya pada versi orientasi-orientasi barat.

Kesimpulan yang dapat diambil tentang mempelajari sejarah dan berkembangnya Islam di Indonesia diantaranya seperti yang telah disimpulkan pada seminar di Medan pada tahun 1963. Beberapa hal yang terpenting adalah Pertama, agama Islam telah berangsur-angsur datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriah atau sekitar abad ke 7 dan 8 Masehi dan langsung dari Arab.

Rumusan tersebut merupakan koreksi total terhadap versi sejarah yang ditulis oleh orang-orang Barat yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 13 Masehi melalui Persia dan India. Tetapi seperti apa yang dikatakan oleh Buya Hamka pada seminar di Medan tahun 1963 intinya, bahwa saudagar-saudagar Arablah yang telah membawa Islam masuk ke Indonesia sekalipun mereka itu dari Gujarat, Malabar atau Persia akan tetapi asal mereka tetap dari Arab.

Kedua, penyiaran agama Islam di Indonesia adalah dengan cara damai bukan dengan pedang dan kekuasaan.

Dalam sejarah penyebaran Islam, sejak kurun Rasulullah, periode Khulafaur Rasyidin dan periode-periode selanjutnya memang terjadi perang dalam sejarah Islam. Tetapi hal itu adalah sebagai ekses belaka dan bersifat membela diri. Peta penyebaran dan kekuasaan Islam di belahan bumi dunia membuktikan bahwa Islam memasuki suatu wilayah dengan damai dan penuh toleransi.

Ahli sejarah kenamaan Inggris Thomas W. Arnold dalam bukunya “The Preaching of Islam” menuliskan “Bukanlah pada kekejaman orang-orang kasar dan keganasan orang-orang fanatik kita mencari bukti semangat dakwah Islam, apalagi sampai mengexploitir tokoh-tokoh dongengan, pejuang Islam dengan pedang ditangan kanan dan Qur’an di tangan kiri, akan tetapi bukti itu hendaklah dicari pada usaha-usaha yang tenang dan tidak mengenal kekerasan terutama pada para juru dakwah dan pedagang-pedagang yang membawa agamanya ke seluruh penjuru dunia ini. Cara-cara dakwah dengan persuasi dan lemah lembut tidak hanya dijalankan pada saat-saat dimana suasana politik tidak memungkinkan kekerasan seperti ditafsirkan oleh sebagian orang…”.

Dalam sejarah tanah air kita yang dipelajari di sekolah-sekolah masih saja disebutkan bahwa kerajaan Majapahit runtuh karena serangan Islam. Bahkan jarang sekali dijelaskan keruntuhan Majapahit tersebut terutama disebabkan dari perebutan kekuasaan pada tubuh kerajaan itu sendiri.

Ketiga, kedatangan Islam di Indonesia membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian Indonesia. Barangkali kalau bukan karena pengaruh dakwah atau ajaran Islam sampai sekarang sebagian besar penduduk Indonesia masih menjadi penganut berbagai kepercayaan seperti Animisme, penyembah batu dan berhala.

Pada umumnya para intelektual dan ahli sejarah Indonesia telah dapat menerima hasil-hasil yang diperoleh pada seminar-seminar tentang penelitian sejarah kedatangan Islam di Indonesia yang telah diselenggarakan di Medan pada tahun 1963 dan di Aceh pada tahun 1978. Hal ini dapat kita liat dari berbagai pembahasan dan tulisan serta monografi mereka.

Usaha penulisan sejarah Islam Indonesia yang dapat dipertanggung jawabkan dan yang bebas dari konsepsi orientasi yang kurang objektif dewasa ini dirasakan semakin mendesak. Sebab selain adanya versi orientasi yang tidak objektif maka masih banyak pula versi yang berisi dongeng-dongeng legenda tentang penyiaran agama Islam dan tokoh-tokohnya terdahulu.

Kita melihat riwayat Walisongo dalam berbagai macam versi dari sendi yang satu sama lain adalah contoh yang faktual. Koreksi yang dilakukan oleh Buya Hamka melalui bukunya “Antara Khayal dan Fakta” harus diikuti oleh para ahli sejarah lainnya. Sehingga kita mampu memperoleh nilai-nilai kebenaran sejarah kita. Dan yang sangat terpenting adanya semacam usaha terencana bagi program penulisan itu dengan jalan menumbuhkan kegairahan menulis dan mendorong para ahli sejarah agar melakukan penulisan sejarah Islam Indonesia.

Sudah waktunya untuk meneliti kembali sejauh manakah pengaruh seluruh kesultanan Islam di Indonesia yang pernah lahir di seluruh pelosok Nusantara – dari Sabang sampai Merauke – dalam menentukan perjalanan sejarah dan kehidupan bangsa Indonesia. Kita semestinya bersyukur sebagai bangsa Indonesia yang mempunyai sejarah masa lampau yang gemilang dan kita menciptakan sejarah gemilang bagi bangsa kita masa depan. Dan dengan mempelajari sejarah kita akan mengetahui betapa suka-dukanya pelopor-pelopor Islam dalam menyebarkan Islam di belahan bumi Allah ini.

Sumber : Kopralcepot