Archive

Posts Tagged ‘penyakit hati’

Arti dunia menurut Rasulullah SAW II


Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda; “Seandainya Bani Adam memiliki sebuah lembah yang penuh berisi emas, dia akan senang untuk memiliki lembah yang serupa. Tak ada yang memenuhi mata Bani Adam kecuali tanah.” (HR. Bukhari & Muslim)

Di riwayatkan dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda; “Seandainya Bani Adam memiliki dua lembah yang penuh berisi harta, maka dia masih akan mencari lembah yang ketiga. Tak ada yang dapat memenuhi perut Bani Adam kecuali tanah. Tapi Allah memberi ampunan bagi siapa saja yang mau bertobat.” (HR. Bukhari & Muslim)

Diriwayatkan dari Ibnu Amru r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda; “Dunia ini manis dan berwarna hijau. Barang siapa yang mengambilnya sesuai dengan hak yang dimiliki, maka dia diberkahi. Celakalah orang yang menceburkan diri dan menghiasi dirinya dengan nafsu. Tak ada yang ia dapatkan pada Hari Kiamat kelak kecuali neraka.” (HR. Thabrani)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah bersabda; “Aku melihat surga, dan kudapati ternyata sebagian besar penghuninya adalah orang-orang fakir. Kemudian aku melihat neraka ternyata, dan kudapati ternyata sebagian besar penghuninya adalah wanita.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad dengan sanad Jayyid, dari Abdullah bin Amru dengan lafal; “Aku melihat neraka, dan kudapati para penghuninya kebanyakan adalah orang-orang kaya dan wanita.”)

Diriwayatkan dari Abu Darda’ r.a. bahwa Nabi saw. bersabda; “Tidak pernah matahari terbit, kecuali pada kedua sisinya diutus dua malaikat. Keduanya mendengarkan penduduk bumi, lalu berkata,`Wahai manusia, mintalah kepada Tuhanmu. Sesungguhnya harta yang sedikit namun mencukupi dari pada harta melimpah yang dapat membinasakan.’ Dan tak pernah matahari tenggelam, kecuali diutus dua malaikat pada kedua sisinya, lalu berdo’a`Ya Allah, berikanlah balasan secepatnya kepada orang yang menginfakkan hartanya, dan berikanlah azab secepatnya kepada orang yang kikir.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Al-Hakim dengan lafalnya dari sanad yang sahih)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. membaca ayat “barang siapa yang menginginkan kebun akhirat” (QS. Asy-Syura; 20) kemudian beliau bersabda; “Allah berfirman, `Wahai Bani Adam, habiskanlah waktumu semata-mata untuk beribadah kepada-Ku, Niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan, dan Aku cukupi kefakiranmu. Tapi jika engkau tidak melaksanakannya, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak akan mencukupi kefakiranmu.`” (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi, Ibnu Hibban dengan sedikit peringkasan; “Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan” juga Al-Hakim dan Baihaqi)

Diriwayatkan dari Tsaubani r.a. ia berkata, “ketika turun ayat `Dan yang memiliki emas dan perak` (QS. at-Taubah 38) kami sedang bersama Rasulullah dalam sebuah perjalanan. Salah satu sahabat berkata, `Ayat itu turun pada emas dan perak, seandainya kami mengetahui harta apa yang paling baik, niscaya kami akan(memilih untuk) memilikinya?` Maka beliau bersabda; “Harta yang paling baik adalah lidah yang senantiasa berdzikir, hati yang selalu bersyukur dan istri yang beriman yang menjaga keimanannya (suaminya-pen.).” (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi)

Sumber: Abu Shony

Arti Dunia Menurut Rasulullah SAW I


Diriwayatkan dari Zaid bin tsabit r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda; “barang siapa yang menginginkan akhirat, maka Allah akan mengumpulkan segenap kemampuannya, menciptakan rasa kaya dihatinya, dan memandang dunia dengan penuh kebencian. Dan barang siapa yang menginginkan dunia maka Allah akan mencerai beraikan semua urusannya, memperlihatkan kefakiran di hadapan matanya, dan ia tidak bisa mendapatkan kenikmatan duniawi kecuali sebesar yang Allah gariskan untuknya.” (HR. Ibnu Majah)

Saudaraku, kalau kita mengira bahwa arti kekayaan itu adalah jumlah nominal harta yang banyak, atau sering kita beranggapan bahwa kemiskinan itu hanyalah ditentukan oleh sedikitnya harta yang dimiliki mungkin ada baiknya kita merenung kembali. Sebab menurut Hadist diatas, kekayaan dan kemiskinan itu adalah hak prerogatif dari Allah yang akan diberikan kepada kita. Sebab sangat sering kita jumpai seseorang yang secara lahiriah dimanja dengan harta dan kemewahan, tapi yang dia rasakan sesungguhnya hanyalah perih pedihnya kehidupan. Dan tidak sedikit kita temui, mereka yang secara lahiriah serba kekurangan, tapi jauh didalam lubuk hati mereka, ada perasaan tentram dan damai. Jadi Allah-lah yang kuasa kepada siapa hakikat kekayaan akan dimasukkan didalam hati. Kurangnya keyakinan kita akan apa yang sudah disabdakan oleh Rasulullah inilah yang sering menyebabkan kerancuan dengan rasio akal manusia. Pun demikian kita juga harus jujur dalam beragama, janganlah kita seolah-olah secara lahiriah adalah orang yang mengejar akhirat semata, namun didalam hati tiada henti kecemasan dan kegundahan untuk terus mencari dan menumpuk harta dunia. Banyaknya harta tapi tanpa Rahmat Allah, yang ada hanyalah adzab belaka. Sedikitnya harta tapi Rahmat Allah tiada henti tercurah, yang didapat adalah nikmat.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bin Sahal bin Sa’ad r.a., ia berkata,”Aku mendengar Ibnu Zubair dalam salah satu khutbahnya dimimbar kota Makkah berkata, `Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi Muhammad saw. bersabda; Seandainya anak Adam diberi satu lembah yang penuh berisi emas, maka dia akan mencari lembah yang kedua. Seandainya dia diberi lembah yang kedua, maka dia masih akan mencari lembah yang ketiga. Tak ada yang mampu menutup perut Bani Adam kecuali tanah. Dan Allah memberikan ampunan kepada siapa saja yang bertobat.” (HR. Bukhori)

Saudaraku, satu indikasi yang disebutkan oleh Rasulullah saw. sangat mengena bila kita semua mau jujur dengan diri ini. Bukanlah maksud agama ini melarang umatnya untuk mencari nafkah, namun yang menjadi point of view-nya disini adalah keserakahan kita dalah mencari dan mengumpulkan harta. Sebatas apa yang kita butuhkan dalam aspek utama dari kehidupan, maka alangkah indahnya bila kita mau membisikkan kata cukup kedalah hati kita sendiri. Sebab akal akan terus mengatakan pada diri kita, bahwasanya kita masih kurang dan akan terus kurang. Hanyalah sekarang tergantung diri ini apakah lebih percaya dan meyakini apa yang dibisikkan oleh hati atau apa yang dikatakan oleh akal. Sedang Hadist diatas adalah sebuah petunjuk yang arif untuk kita memilih. Dan yang pasti belum terlambat untuk kita bertobat kepada Allah SWT. INSYAALLOH.